Banyak orang yang sudah mendengar tentang situs Ondho Budho di Dieng,
yang merupakan peninggalan sejarah dari kejayaan masa lalu, bahkan
banyak juga yang langsung melihat ke lokasi dan menuliskannya, akan
tetapi ternyata banyak juga yang membuat kesalahan dalam penulisan,
seperti dalam mengidentifikasi nama desa dimana ondho budho berada bisa
jadi hal ini karena orang yang menulisnya tidak melakukan tanya jawab
dengan penduduk sekitar dan hanya berdasarkan asumsi saja.
Dusun Siterus Desa Sikunang Kecamatan Kejajar Kabupaten Wonosobo
merupakan lokasi yang menjadi tempat dimana ondho budho berada, tepatnya
disebelah selatan dusun Siterus, Menurut sesepuh Dieng nama Siterus
sendiri terkait erat dengan kata penerus dimana dulunya dusun ini
merupakan penerus dari nenek moyang penduduk Dieng, beberapa bukti yang
ada adalah banyaknya anak berambut gimbal di dusun ini yang merupkaan
penerus dari Tumenggung Kyai Kolodete yang dipercaya sebagai manusia
pertama di Dieng.
Ondho Budho merupakan peninggalan sejarah yang memiliki nilai tinggi dan
banyak penduduk sekitar kawasan Dieng yang percaya dulunya dijadikan
sebagai jalan menuju Dieng dari wilayah bawah, jalan tersebut merupakan
jalan sepatak batu berundak- undak. orang-orang tua warga desa sikunang
sembungan dan sekitarnya juga dulunya selalu menggunakan jalan ini
apabila akan pulang pergi kedesa disekitarnya.
Selama ini Keberadaan Ondho budho juga masih digunakan oleh petani untuk
pulang pergi keladang. fungsi ini tentunya hanya melanjutkan dari apa
yang dulu sering dilakukan oleh generasi sebelumnya.
Keberadaan Ondho Budho sampai dengan beberapa waktu yang lalu memang
sangat mengenaskan peninggalan sejarah yang memiliki arti penting
tersebut tak ubahnya seperti jalan setapak pada umumnya yang dibangun
dari batu biasa, padahal menurut cerita sesepuh, batu-batu
tersebut diambil dari gunung pakuwojo yang lumayan jauh
jaraknya.sehingga bangunan ini memiliki arti tersendiri bagi generasi
sekarang.
ketidak pedulian banyak pihak menyebabkan jalan kuno tersebut terbenam
tanah, bahkan sebagian diikutkan oleh petani menjadi lahan
garapan,dimuat berkali-kali dimediapun tetap tidak ada yang
peduli.sampai akhirnya peninggalan sejara tersebut tidak memiliki arti.
Hari Jum'at tanggal 14 Sepetember 2012 Kemarin sekitar 30 pemuda dusun
siterus melakukan aksi rehabilitasi secara mandiri untuk mengembalikan
jalan tersebut menjadi seperti semula ,Proses Rehabilitasi ini memang
tidaklah mudah,Tafrihan LSM Bhinneka Karya yang sekaligus menjadi
sekretaris Forum Pengembangan Pariwisata Kawasan Dieng beberapa kali
telah melakukan loby-loby kepada pemuda dusun Sikunang untuk bergerak
secara mandiri ,kerja bhakti untuk nguri-uri sejarah, sekitar 3 kali
pertemuan belum membuahkan hasil berupa keberanian bertindak karena
butuh koordinasi lebih dengan petani penggarapnya, kendala tersebut
kemudian ditindak lanjuti dengan pemuda
Dusun Siterus yang kemudian secara bertahap melakukan loby-loby dengan
pemiliklahan sekitar. akhirnya dengan kebersamaan semuanya bisa
dilakukan, tujuannya untuk kepentingan bersama.
Mad Nur, 31 Tahun ( warga dusun Siterus ) yang ikut menjadi penggerak
pemuda yang lain cukup bersemangat dalam melakukan kegiatan ini,
termasuk melakukan loby kepada petani yang lahannya akan dikepras/
pangkas untuk dikembalikan ke wujud semula. konsultasi rutin pemuda
siterus masih terus dilakukan secara intens dengan tafrihan bahkan
memberikan PR baru berupa gambar awal pada jaman belanda yang akan
dijadikan patokan rehabilitasi jalan kuno tersebut.
Gambar/ foto kuno yang ada memang tidak terlalu banyak seperti gambar
candi Dieng misalnya, dan dari kiriman mas Jajang Agus Sonjaya (
Fakultas Arkelologi UGM ) gambar yang didapat adalah foto tahun 1911
yang bertuliskan ondho budho Demmeni 1911.
Foto ini tentunya sangat berarti bagi sebagian pemuda dusun siterus yang
peduli untuk melestarikannya. karena akanmenjadi patokan awal
penggarapan selanjutnya, rencananya kerja bhakti ini akan dilakukan
secara bertahap setiap hari jum'at jelas Mad Nur.
Tim diengplateau.com diajak oleh Mad Nur dkk untuk menelusuri Jalan kuno
ini dari undakan batu pertama sampai dilokasi yang rata pada bagian
atas. rehabilitasi yang dilakukan memang belum terlalu banyak tapi sudah
cukup memperlihatkan kembali batu-batu yang memiliki nilai sejarah ini,
untuk batu batu pada posisi agak bawah masih cukup bagus dan tertata
seperti sedia kala, akan tetapi untuk yang bagian atas sebelum lokasi
yang rata sepertinya sudah ada beberapa tambahan batuan jenis lain ,hal
ini terleihat secara jelas, tapi mereka bersikeras kalau nantinya sudah
selesai akan dilakukan penyiraman agar debu dan tanah yang melekat
dibatuan tersebut hilang dan pasti nantinya akan sama seperti yang
dibawah sana jelas secara antusias teman Mad Nur menjelaskan.
Ternyata jalan tersebut merupakan jalan yang apabila terus ditelusuri
akan bertemu dengan Jalan besar yang menuju Desa Tertinggi Di jawa yaitu
desa Sembungan. yang kondisinya semakin menyempit dibanding dengan yang
bagian bawah.
Dilokasi yang rata terdapat juga batu besar yang saat ini ditumbuhi
rumput dan ilalang warga desa mengatakan dulunya dibatu ini sering
dibakari kemenyan dan dupa oleh orang dari luar desa, nama batu ini
adalah batu kisit. sedangkan batu lain yang ada dipinggir jalan
ondho budho ini ada batu yang tidak terlalu besar dan dari foto jaman
belanda tersebut posisinya masih sama tidak berpindah tempat karena
diusik oleh penduduk sekitar, nama batu tersebut adalah watu Kursi, yang
bentuknya memang mirip tempat duduk lengkap dengan senderannya,
batu ini dulunya dijadikan tempat istirahat setelah menempuh perjalanan
jauh.
Dari lokasi yang sama kita juga dapat melihat gunung kendil dimana
terdapat pesanggrahan Kyai Kolodete yang pada waktu-waktu tertentu
didatangi oleh banyak orang untuk bersemedi atau melakukan ritual oleh
penghayat kepercayaan dari berbagai tempat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar